Al-Azhar Di Hati

Jalanan Ibukota sudah mulai padat dan sesak sore ini. Sepertinya semua pengguna jalan bersaing ingin segera sampai ke rumah. Yaaahhh..Secara besok perkiraan sudah masuk awal bulan Ramadhan 2017, alias 1438 H akan jatuh.

Sementara Nahdatul Ulama masih memantau 90 titik hilal. Kementrian Agama pun menggelar sidang isbat. Sidang untuk menetapkan puasa Ramadhan, dengan memantau 77 titik hilal di seluruh Nusantara.

Saya juga termasuk seperti mereka yang ingin segera pulang (baca : Pulang ke KOSAN). Pengennya sih pulang ke rumah, apalah daya kerjaan yang masih bertubi-tubi memaku saya untuk tetap tinggal di Jakarta. Hati udah ikhlas puasa pertama bukan bersama keluarga. Tapi mungkin bersama calon keluarga. Eeaaa mulai Haluu.. hahaha..

Setelah keputusan bahwa besok, hari Sabtu tanggal 27 Mei 2017 adalah awal puasa Ramadhan.. Its means, Tarawehan sudah dimulai malam ini. Saya udah sangaaat menggebu pengeen meluncur ke Masjid untuk Shalat pertama sebelum puasa besok. Tapiiii, pekerjaan menarik saya kembali, meminta untuk menyelesaikan sebentar saja.. 

Rencana pulang cepat sedikit gagal, terganggu rintangan. Bukan saya namanya jika tak pantang menyerah.. Dengan sigap nebeng motor teman, meluncuuur ke Kosan tercinta.
Kecepatan zupeeer, memburu gojek menuju Masjid Al-Azhar adalah target utama saya hari itu. Sayangnya terlalu lama menunggu, sampai akhirnya saya hanya berharap sambil duduk manis makan sayur di warteg terdekat. 

Adzan Isya berkumandang.. Sadar akan terlambat tak menyurutkan niat saya untuk tetap pergi menuju Jalan Sisingamaraja Jakarta Selatan. Ayooo baaabaang gojeeeek come here pliiiisss..

Yes.. Alhamdulillah gojek siap mendarat.. Dan dengan kekuatan zuper plus komat kamit doa takut telat menerobos kemacetan Ibu kota.
Dan sampailah saya di Masjid Agung Al-Azhar..

Apaaan siih, lebay amat musti kesini segala. Yang dekeet aja kenapaaaaa???

Entahlah.. tempat ini sudah membuat saya jatuh hati tanpa henti. Setiap tahun menjadi rutinitas saya harus Taraweh disini. Energi semangat, tumpahan rindu sudah terlanjur tercurah pada bangunan yang sudah menjadi cagar budaya nasional ini. 

Tahun kelima saya di Jakarta, dan masih sama. Masih menyimpan harapan, curahan, kerinduan, dan rasa nyaman berada disini.

Sekali lagi entahlah...

Masjid ini menjadi saksi, teman, sahabat semenjak saya menginjakan kaki di Ibu Kota. Tempat penawar segala keluh kesah.. Tempat ternyaman menumpahkan kegelisahan, kepenatan, dalam sandiwara Ibu Kota. Hanya tempat ini yang membuat saya merasa tak asing tanpa bising.

Angin bertiup sepoi-sepoi, menggoyangkan dedaunan dari setiap pohon kokoh yang ada di sekitar Masjid. Masih seperti tahun-tahun sebelumnya..Tenda, meja, kursi, dan keramaian bazar di pelataran halaman masjid menghangatkan suasana Ramadhan.. 

Sejuknya malam itu, menerbangkan saya pada kenangan perkenalan 5 tahun lalu dengan Masjid ini. Berawal dari Siti Badriah, teman kosan yang mengajak saya Taraweh pertama di Masjid Al Azhar. Masih belom ada gojek seperti sekarang, kami pun berangkat dengan kopaja. Perjalanan yang cukup panjang dari arah mampang prapatan. Karena kami harus jalan kaki menuju lokasi setelah turun dari Kopaja.

Keesokan harinya,masih awal Ramadhan, di tahun pertama saya belajar Itikaf. Aaah masih abal-abal, masih belajar karena pertama kali dalam hidup nyobain itikaf tahun 2012 lalu. Masih tengak-tengok gak ada persiapan apa-apa.. Gak ngerti ilmunya. Hanya pengeeen itikaf, itu aja.
Bahkan, mau sahur aja masih bingung harus kemana. Karena peserta itikaf juga hanya satu dua orang Ibu-Ibu. Dan mereka sudah daftar, jadi disediain makanan. 

Naah saya?.. keluar sebentar cari makan sahur sambil deg-degan karena gelap.
Sampai akhirnya Itikaf jadi candu pada setiap Ramadhan.. Walau masih merangkak belajar sedikit demi sedikit..

Dari situlah, saya jadi tertarik ingin tau Masjid-Masjid lainnya di Jakarta. Dengan modal bibir tanya sana-sini saya bisa Tarling alias Taraweh keliling ke Cut Mutia, Istiqlal, dan Sunda kelapa.
Tapi ternyata hati saya masih jatuh pada pilihan yang pertama.Ya Allah, waktu di Bandung boro-boro bisa kaya gini.. Namanya juga awal massa-massa hijrah..hehehe..

Akhirnya, pas pertengahan bulan, sebagai warga Bandung pun akhirnya melakukan Tarling juga di kandang sendiri. Masha Allah, damainya berada di dalam Masjid..

Dan tahun-tahun berikutnya, Al-Azhar menjadi tempat terbaik bagi saya selama berada di Jakarta. Melihat kesungguhan orang-orang yang shalat disini, mengaji. Ibu yang dengan tulus menggendong anaknya, menenangkan untuk shalat.. Ayah yang sabar bersama anak lelaki dan gadis mungilnya, Security wanita yang sibuk merapikan Shaf Shalat, Nenek yang khsuyu membaca al-quran. Anak-anak muda yang semangat mendekat menghadap kiblat.

Yaaah disinilah saya mulai jatuh hati. 
Pada kebersihan tempat wudhunya..
Pada kerapihan di dalam ruangannya..
Pada rangkaian kegiatan Ramadhan setiap tahunnya..

Dan yang paling penting, pada wajah-wajah semangat menyambut bulan penuh berkah ini. Mencari Ridha Allah.

Alhamdulillah..

Semoga tahun berikutnya gak sendiri lagi kesininya.. Eeeehh koook ujung-ujungnya Curhat?? hahaha..
Gak papa.. di Aamin kan saja yaaaaa.. 
hehehe..

Yuuuuksss.. semangaatt meningkatkan ibadah, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mengejar pahala di bulan Ramadhan.. 






Cerita ini tanpa maksud riya yaaaa.. Maaafkaaannnn,..Hanya curahan hati dari anak kosan.. hehe ^_^


---------------------------------- Ceuceumeo -----------------------------------

@nhaegerhana





Comments

  1. Semoga doa2 baiknya diijabah, teh. Semoga ramadan tahun depan udah bisa ngebangunin pangeran buat sahur. Hihi

    ReplyDelete
  2. Waaaa.. MashaAllah teh.. nuhuuun..Aamiin.. hihihihi..
    Makasiih dah mampir ya teeeh :*

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Dibalik Tari Giring - Giring Kabupaten Timor Tengah Selatan

Cerita Rambut Merah Bilalang

Tari Biola Dari Desa Adat Fatumnasi Nusa Tenggara Timur