Gincu Bahagia

Sekarang aku mengerti.. kenapa perempuan mengoleksi lipstick..
Ada masanya akupun memulai melukis wajah polosku ini..
Hari ini aku mulai paham, kenapa perempuan senang bercermin ..
Pada akhirnya.. akupun menjadi bagian dari mereka..

Najwa memperhatikan Wilona yang sedang asyik memulas pipi putihnya dengan koas blush on. 
"Gw heran deh, kenapa semuanya bisa jadi gini. Padahal gw udah coba, tapi gagal." Wilona beralih mengambil pensil alis dan mulai membentuk alisnya dengan cekatan
"Padahal, kalo dipikir-pikir.. harusnya dia gak harus ngelakuin itu kaan..?" Celoteh Wilona sambil asik memperhatikan hasil riasannya di cermin
"Lo dengerin gw gaak siih??" 
"Wooiii Najwaaaa.. kok ngeliatin gw kaya gitu siiih.." Wilona mulai mengagetkanku..

"Hahaha.. gw cuma heran aja.. Lo kan belom mandi.. Udah gitu, dandan cantiiik amat.. Nanti juga kan dihapus lagiiii.." Jawabku cepat
"Iyaaa..hahaha.. kenapa ya? haha.. Kebiasaan nih gw." jawab Wilona
"Eeeh loo.. sini gw dandanin.. Alisnya biar cetarrr.. trus pake gincu biar centoong.." Wilona kemudian duduk di hadapanku. Lengkap dengan semua senjata Make up nya.
Aku hanya bisa diam dan pasrah..

Yaah Wilona adalah sahabat baikku. Kami baru berkenalan satu tahun ini. Tapi ada sinyal yang membuat kami langsung klik. Dia seorang Make Up Artist. Salah satu obat mujarab baginya adalah bersolek. Jadi, aku sudah tak heran jika dia tiba-tiba bercermin dan mulai berdandan tanpa tujuan.
Itulah cara dia meredakan semua kegelisahan.. Begitulah cara dia meredam emosi.. 
Bagi Wilona, tampil cantik saat bercermin, akan membuat dia merasa lebih baik.

Satu lagi yang membuatku terkejut saat pertama kali mengenalnya. Dia selalu membawa kaca spion di dalam tasnya. Itulah kebiasannya sejak dulu. Kaca ajaib yang sengaja dia ambil dari motor kakak nya.. 
Duuh Wilonaaa.. Wilonaa

Kebiasaannya itu, membuatku belajar. Terkadang kita harus membuat diri kita merasa bahagia dengan cara kita sendiri. Bahagia tak perlu mahal bukan??? Memahami dan membuat rasa percaya diri muncul, mengatakan pada pribadi kita, 'Heiii kamu layak bahagia'

Aku mulai membeli beberapa lipstick, pensil alis, maskara, dan blush on. Mencoba pernak-pernik perempuan ternyata cukup menyenangkan. Aku memulai dengan menarik garis pada alis kananku. Lalu menebalkan dan merapikannya. Sepertinya aku berbakat juga. 

Semenjak kekepoan ku tempo hari melihat Instagram milik Assad. Sebagian hatiku mulai terasa rapuh. Ketika ada secercah bahagia saatku mengenalnya, Ketika itupula ada secercah kesedihan yang siap menggantinya.

Harapan untuk berharap, diterjang Putus asa lalu tumbang.
Aku dan Assad masih berteman. Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, dia telah membuatku jatuh hati, sekaligus mempersiapkan diri untuk patah hati.

Postingan sebuah nama yang dia mention di instagram, sontak membuatku terdiam.. terasa kelam..
Mundur perlahan atau terus berjalan??
Aku pilih melupakan... Tanpa kata ungkapan
Kurapikan saja sisa rasa menjadi bongkahan  

Lalu aku tersenyum, melihat bayang wajah di depanku. Topeng yang berhasil menyembunyikan hati yang pecah. Dan melanjutkan melukis wajah berharap senyum berubah lebih merekah.

HP ku mulai bergetar.. Muncul nama Assad di layar..
Jantungku tiba-tiba berdebar.. Ingin segera aku angkat, tapi berusaha tetap sabar..
Oh Tuhan.. baru ditelpon saja rasanya berbinar..

Tapi.. tumben dia menelponku.. Hmmm.. ada apa ya?

----- Lanjutan Cerpen sebelumnya  ^_^ -------

Padang, 300417
@nhaegerhana










Comments

  1. klo aku mulai pke lipsetik karena makin lama bibir aku warnanya makin gelap, kayaknya karena umur deh, alias makin tua hahahaa...

    ReplyDelete
  2. btw, ini cerpen terinspirasi dari kejadian nyata? :p

    ReplyDelete
  3. "Hum,, ada apa ya???"
    Tiba-tiba aku juga penasaran..kenapa si Assad nelpon??

    Hem, Btw aku salut loh sama si Wilona, slx aku dari dulu belajar gambar alis,, sampai sekarang gak bisa-bisa. Hahahha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Dibalik Tari Giring - Giring Kabupaten Timor Tengah Selatan

Cerita Rambut Merah Bilalang

Tari Biola Dari Desa Adat Fatumnasi Nusa Tenggara Timur