Filosofi Semut

Gerombolan semut berwarna hitam, tampak sedang menikmati santap siangnya. Remahan kue cokelat yang tercecer di lantai kamarku, sepertinya menjadi hidangan lezat bagi mereka. Tak banyak memang semut yang berkerumun sambil menyantap sisa makanan itu . Jika kuhitung, ada sekitar 9 ekor, dan 1 ekor semut baru saja ikut bergabung. 

Ahh kubiarkan mereka yang sedang pesta. Tak tega rasanya mau membubarkan disaat sedang asyik merasakan manisnya remahan kue cokelat. Toh, semut hitam dengan ukuran super kecil ini juga tidak menggangguku. 

Tiga jam berlalu..Mereka pun menghilang, beserta sisa remahan. Aku yakin, perut mereka sudah kenyang. 

Keesokan harinya, datang tamu baru. Kali ini semut yang berwarna kemerahan. Jumlah mereka lebih banyak. Yaa, ada sekitar 15 ekor semut yang mengerumuni sisa minuman cokelat hangat dalam gelas, sebagai sarapan pagiku. Aku biarkan mereka merasakan manisnya susu cokelat. Anggap saja sedekah untuk semut yang sedang kehausan. Selama kalian tidak menggangguku, aku pun pura-pura tidak tau.

Waktu berjalan, hari berganti..
aku terbangun dari tidurku. Tiba-tiba kulitku terasa gatal. Leher, punggung dan tanganku merah. Saat kulihat, ada 1 ekor semut yang sudah tak berdaya menempel di kulit tanganku. Rupanya gatal kemerahan ini adalah ulah mereka yang menggigitku.

Hmmmm… 
Why???

"Kenapa kalian berkhianat?" tanyaku..

Setelah ku biarkan kalian menikmati sisa makanan beberapa hari ini, ternyata diam-diam menggigitku saat aku lengah. Aku terdiam sejenak, memandang sudut ruang kamarku. Aku pun tiba-tiba teringat kejadian yang sama. 

Bukan.. Bukan antara aku dan semut. Tapi antara aku dan manusia.

Kejadian ini, mengingatkanku pada manusia yang sudah ku perlakukan baik, namun ternyata dia menusuk dari belakang.

Manusia yang tampak manis di depan, namun ternyata..
Sikap buruknya kasat mata.

Manusia yang aku bela dari segala tuduhan..
Rupanya dia lebih kejam dari apa yang dibayangkan.

Manusia yang tak terdengar suara..
Ternyata bermuka dua..

Mungkin, kehadiran semut-semut ini, mengingatkanku…
Agar tidak terjebak dan jatuh ke lubang yang sama. 
Agar tidak mudah percaya pada apa yang di depan mata.
Agar tidak terlena dengan sikap mereka yang seolah tak berdaya.

Karena manusia tidak semua berhati mulia.
Karena apa yang kita sangkakan.
Tidak sama dengan apa yang mereka pikirkan.

Ada sisi jahat dari manusia yang harus membuat kita waspada.
Dan tentu saja, membentengi diri dengan doa.







----------- Ceuceumeo ----------------




Comments

  1. Kiasan yang bagus banget ceu.. Semut masih lebih baik yah dalam hal ini karena mereka menggigit karena naluri bertahan dan bukan karena niat. Kalau manusia menusuk dari belakang biasanya karena niat.

    Cuma, si ceuceu baek banget sampai makanan saja diberikan ke semut. Gimana kalau diberikan ke saya saja deh..#wkwkwkwkw

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Dibalik Tari Giring - Giring Kabupaten Timor Tengah Selatan

Cerita Rambut Merah Bilalang

Tari Biola Dari Desa Adat Fatumnasi Nusa Tenggara Timur