Sahabat Kecil Dari Wamena

Januari 2013

Mataku terpaku ketika melihat fotonya.. Tiba-tiba rasa rindu menerpa dipayungi kerinduan akan tempat yang pernah kutapakkan disana.. Wamena, Kabupaten Jayawijaya - Papua..
Yah.. disanalah kami bertemu.. Pertemanan tulus dirasakan dari senyuman, tawa renyah, dan kesiagaannya saat mendampingiku. Jalan setapak, sedikit berkelok, dengan kemiringan hampir 45 derajat membuat tenagaku harus ekstra melangkah menuju puncak bukit tujuan kami.

Dia, memegang erat tanganku, seolah takan membiarkan aku terjatuh dan menginjak sesuatu yang berbahaya.. 

Saking semangatnya aku berlari seolah menjadi jagoan. Di tengah perjalanan, tiba-tiba bayangan hitam berkeliaran di sudut pandangan. Kepala pusing, badan lemas.. Kuhentikan langkahku yang berlari dengan penuh keceriaan.. Mencari tempat untuk membiarkan badanku terbaring sejenak.. "Oh inikah rasanya pingsaaan???"

Hatiku menolak jika memang ini PINGSAN!! karena bagiku sangat MEMALUKAN untuk setengah perjalanan.. 

Kondisi badanku tiba-tiba lemas dan kehilangan napas.. Teman yang lain menyuruhku untuk istirahat, memberiku minum, dan untungnya aku membawa coklat.. Sambil tertawa aku berkata "hehehe.. gak apa2..santaiii.."

Padahal wajahku saat itu SANGAT PUCAT kata mereka looh.. Perjalanan akan dihentikan..!! Mereka sepakat untuk kembali, karena puncak masih jauh..
TIDAAAAKK!!! 

Pulang dengan kekalahan bagiku jika harus menyerah. Kukumpulkan seluruh energi kembali.. Dan menolak untuk pulang..
"Lanjuutkan.. gak apa2 ko..hehehe.. " pintaku seolah aku baik2 saja.. Padahal pusing masih berasa..

"Tadi sih terlalu semangat sampe lari2, kehabisan oksigen tuh" kata salah satu dari mereka..

Entahlah.. aku hanya merasa, kehilangan tenaga, pusiiiiing, dan ingin segera berbaring.. apa itu yang namanya pingsan??? 

"Aku gak boleh nyeraaaah..memalukan!!!" batinku menjerit memberi semangat.. 

Teringat perkataan Bunda yang selalu bilang : 
"jangan Setengah-setengah jika melakukan sesuatu Hal..Jangan menyerah, sekali melangkan pantang untuk mundur.."

Doa kupanjatkan... Kubuka mataku, tersenyum, duduk dan siap melanjutkan perjalanan.. 

Kami terus melangkah, hanya untuk satu tujuan..Menuju puncak..



Semenjak pingsan itulah, Ila semakin khawatir dan menjagaku. Memegang tanganku.. Dia bercerita kaget ketika melihat wajahku yang PUCAT.. Mata yang berputar.. 

"hihihi" sedikit gak percaya.. Yaah mungkin lelah..hehehe =P

ILA...


ILA.. nama yang singkat seperti pertemuanku dengannya yang begitu singkat..

Sungguh, awalnya aku mengira dia adalah anak lelaki.. Dengan postur, rambut, dan kekuatan fisiknya. Baru aku mengetahui dia anak perempuan ketika kami sampai di puncak bukit setinggi 2.100 mdpl.. Aagghhh rasa bersalah muncul , karena mengira dia anak lelaki.. Usianya yang baru menginjak 12 tahun, dengan fisik yang begitu dahsyat. 

Mengarungi bukit tinggi, berlari tanpa alas kaki..Temanku yang lain pun beranggapan hal yang sama..  mengira dia anak lelaki.

ILA.. nama yang manis seperti senyum manisnya yang masih melekat di pelupuk mata. Tanpa sengaja kami bertemu di desa Jiwika ketika menuju bukit yang menjadi pusat mengambil air garam disana. Dia mengikuti, menemani sampai kami pulang. 


Masih setengah perjalanan..


Menunggu di puncak bukit sambil merokok..

Tak heran masyarakat yang memiliki kehidupan di Pegunungan Wamena memiliki fisik yang luar biasa kuat. Karena sudah terbiasa naik turun gunung. Bahkan tanpa alas kaki. Menginjak bebatuan pun tak terasa sakitnya.

Yeeessss .. kami sampai di puncak dengan keringat yang bercucuran..

Terdapat sungai kecil di puncak bukit desa Jiwika Wamena ini. Sungai berukuran 15 meter menjadi sumber air garam masyarakat Wamena. Biasanya digunakan sebagai pemberi rasa asin pada bumbu masakannya. Mereka membawa botol, atau wadah besar ketika menuju bukit ini. Yah tentu saja, wadah itu untuk stok persediaan air garam.

Secara Geologi, mata air asin terbentuk oleh mineral Kalsi. Mata air asin ini, berasal dari air bawah tanah. Kadar garam yang dihasilkanny, akibat dari interaksi antara air dengan material batuan. 

Selain sebagai Garam, air dari pada mata air asin ini digunakan sebagai Obat tradisional. Biasanya untuk mengobati penyakit kulit, yang dilakukan sejak zaman dahulu hingga kini oleh masyarakat setempat.

Perjalanan pulang, tidak seberat ketika menanjak.. Tapi harus tetap berhati-hati dan menguatkan pijakan kaki karena turunannya. Jalan yang sedikit belokan, membuat jalur lebih curam dan licin..

Berpamitan, jabatan tangan erat seolah tak mau kami lepaskan..

Kerinduan akan keindahan alam Wamena, dan tentu saja keramahan Sahabat kecilku Ila .. Sayangnya kami tak bertukar alamat untuk bertukar surat ..hehe.. 

Semoga suatu saat bisa bertemu lagi Ilaaa..



@nhaegerhana


------------ Ceuceumeo ---------------

Comments

  1. Jadi punya sahabat baru dari Wamena.......

    ReplyDelete
  2. senangnya punya sahabat kecil

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasiih..nambah temen dari pulau sebelah..hehe =P

      Delete
  3. pegeen ke papua,,aajaaak aku lah kakak kalu ke sana lagi..
    atau kalau butuh fotografer saya siap membantu :))
    salam EPICENTRUM
    wait for ur visit :))

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Dibalik Tari Giring - Giring Kabupaten Timor Tengah Selatan

Cerita Rambut Merah Bilalang

Tari Biola Dari Desa Adat Fatumnasi Nusa Tenggara Timur