Inilah Kampung Ta'Ba Tana Toraja #Part3


Pesawat Jakarta – Makassar boarding jam 8 pagi. Setelah shalat subuh, Saya, Mas Radit, dan Budi menuju Bandara Soeta. 


Jam 11 kami sudah sampai di Kota Makassar. Terik matahari menyambut kehadiran kami. Rindu sekali dengan kota ini, terutama kulinernya. Tapi saya sayangnya kami belum bisa icip-icip kuliner di Makassar, karena harus segera menuju Kota Makale – Tana Toraja. Berburu dengan waktu, menjadi target kami.. Karena hanya punya waktu 3 hari untuk menyelesaikan misi ini..hehe. 



Om Nyong, vendor rental mobil yang baikk hati dan lucu sudah siap membawa kami menuju tujuan utama. Roda kendaraan langsung tancap gas menuju Kota Makale. Perjalanan darat sekitar 8-10 jam dengan jarak 293 km. Tapi, berkat kelihaian Om Nyong dalam menyetir, 7 jam saja kami sudah sampai.

Sebenarnya, untuk menuju Kota ini langsung bisa saja langsung pesan tiket pesawat ke Palopo. Lalu dari Palopo ke Makale, hanya 3 jam. Tapi saya dan 2 rekan kerja, lebih memilih mendarat di Makassar, dan rela melakukan perjalanan darat selama 8 jam. Karena pertimbangan satu dan lain hal. Salah satunya takut naik pesawat kecil dari Makassar ke Palopo nya..hehehe.

Okeeeh lanjuut.

Tujuan kami sebenarnya adalah ke Kampung Ta’ba Desa batualu selatan Tana Toraja. Tapi karena perjalanan ke kampung ini cukup jauh, dan harus jalan kaki, jadi untuk sementara kami harus menginap di hotel yang berada di Kota Makale Tana-Toraja.
Kami sampai di hotel sekitar jam 8 malam. Tim dari Yayasan Masjid Nusantara sudah sampai duluan. Mereka lebih cepat karena perjalanan dari Bandung langsung terbang ke Palopo. Dan dari Palopo tadi hanya 3 jam sampai kota Makale.  Dan tentu saja, jalur itu pun sama berkelok nya. Bahkan katanya jalur di Palopo lebih berkelok-kelok daripada jalur dari Makassar.

Tim Yayasan Masjid Nusantara ada Kang Wendi, Iqbal, Kang Hilman, dan Kang Dodi sebagai Host yang punya peran utama dalam program ini.

Setelah briefing membahas detail mengenai rundown, timeline dan segala hal yang akan dilakukan di Kampung Ta’ba, tak lupa kami juga makan duren yang enaaak dan muraaah. Duren yang dibawa dari Palopo ini rasanya maknyusss deh. Hehe :)


--- Perjalanan Dimulai ---------

Matahari pagi sudah tersenyum manis. Kami segera meninggalkan hotel siap menuju Kampung Ta’Ba. Bang Shahrir, sudah siap mengantar kami untuk menunjukan lokasi. Perjalanan dengan kendaraan roda 4 selama 1 jam. Setelah itu mobil tak bisa masuk lagi, hanya terparkir saja. Kami membawa semua barang, alat, dan keperluan lainnya untuk menginap selama 3 hari 2 malam.

Barang-barang berat, dibawa dengan motor. Saya dan teman-teman berjalan kaki. Karena jalan kaki lebih aman, melihat akses jalan yang curam dan licin.


Hari itu bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad  SAW pada bulan november 2018. Perjalanan tidak terasa melelahkan karena ditemani warga, tokoh setempat, dan majelis taklim Al Bina Sangalla Selatan. Inilah bentuk semangat dan dukungan warga dari luar Kampung Ta’ba. Mereka rela ikut berjalan kaki menuju desa terpencil, yang lokasinya jauuh dari keramaian dan hiruk pikuk kota.
Kampung Ta’ba, tepatnya berada di Desa Batualu Selatan Kecamatan Sangalla Selatan Kabupaten tana toraja. Menurut Ust Bukhori yang sering keluar masuk desa, ada jalan pintas, tapi lebih terjal. Tentu saja kami memilih jalan yang lebih aman saja, meskipun jaraknya lebih jauh. Yaa, 7 km jalan kaki dari tempat parkir kendaraan untuk sampai tujuan.


Bukan hanya jarak, tapi melewati medan yang terjal. Waktu tempuh diperkirakan satu jam. Kebayang kan warga setempat harus tiap hari melakukan ini, kalo harus ke Kota.

Untungnya, ada jalan baru. Kami pun melewati akses jalan baru, yang sudah dibuat dengan jalan rabat beton. Tapi itupun hanya sepanjang 900 meter saja. Sedangkan perjalanan kami masih sangat jauh. Semangaatttt.

Perjuangan menyusuri bukit, melewati jalan berlumpur dan curam. Apalagi jika musim hujan tiba, tanah berlumpur tak bisa dihindari. Seperti yang kami allami, karena datang bertepatan dengan musim penghujan di bulan November.

Dengan infrastuktur yang masih minim seperti ini, tentu saja berdampak pada kehidupan ekonomi, dan pendidikan warga setempat. 


Alhamdulillah sampai juga di Kampung Ta’ba. Pemandangannya baguuus. Tanah berbukit berwarna hijau menyejukan mata. Hanya ada satu rumah yang terlihat. Itulah rumah milih Pak Jufri, Imam Masjid di kampung Ta’ba, sekaligus menjadi tokoh yang dituakan di kampung ini. Rumah lain tidak terlihat karena jarak antar rumah sangat jauh. Jadi sama tetangga itu, gak seperti kampung lain pada umumnya yang rumahnya sebelahan. Jarak antar rumah bisa 1-2 km.

Siapa sangka. di daerah terpencil seperti ini terdapat bangunan tua sebuah masjid dengan ukuran 5x5 meter.






Masjid yang  terbuat dari kayu pinus dan papan, sudah ada sejak tahun 1998. Sudah lama dan belum pernah direnovasi karena keadaan ekonomi dan akses jalan yang sulit.  Atapnya yang bocor, papan sudah tidak utuh, tiang yang hampir rubuh.

Tapi, dengan kondisinya yang nyaris roboh, warga setempat tetap semangat untuk beribadah. Mereka rela berjalan kaki menuju masjid ini, melewati sungai, hutan untuk sampai ke masjid.

Kedatangan Tim cinta masjid, untuk menyalurkan bantuan donasi. Memperbaiki Masjid di Kampung Taba, sehingga menjadi masjid yang lebih layak sebagai rumah ibadah.
Saya dan teman-teman menginap di rumah Pak Imam Jufri Rising. Beliau dan keluarganya sangat baik, dan menerima kehadiran kami dengan hangat.

Depan rumah Pak Imam

Kampung Ta'ba bukan hanya jauh dari keramaian. Tapi listrik pun mereka gak ada. Hanya rumah Pak Imam saja yang punya genset. Sementara rumah warga yang lain, berteman dengan gelap tanpa lampu jika malam.

Bahkan, saking jauhnya ke Kota, banyak anak yang putus Sekolah. Tapi Pak Imam membuat ruangan sederhana di bawah rumahnya, sebagai kelas untuk belajar. Mungkin cerita Sekolah bawah pohon, bakal saya cerita next yaa.



Tapi, ditengah listrik yang belum sampai kampung ini, sinyal internet justru kenceeng banget. Jadi gak usah khawatir susah sinyal. Sinyal simpati udah paling aman deeh.

3 hari 2 malam kami habiskan untuk menyelesaikan tugas peletakan batu pertama pembangunan masjid, dan kegiatan awal dalam membangun masjid. Seperti apaa?? Bersambung yaaaa.. hehe..

Ini sedikit bocorannya.





To be continued... ^_^

Comments

  1. Nhae, kalau lu ke Makale dari Makassar, artinya lewatin rumah gue dong. Hahahahah. Hebat lah bisa berkesempatan main ke Makale, saya saja belum pernah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Dibalik Tari Giring - Giring Kabupaten Timor Tengah Selatan

Cerita Rambut Merah Bilalang

Tari Biola Dari Desa Adat Fatumnasi Nusa Tenggara Timur