Sudut Negri Di Atas Awan
Gaya dulu selagi di Bandara Soeta |
Udara dingin semakin menusuk begitu sampai di Negri atas awan ini. Cahaya bintang bersinar, menghibur rasa dingin yang menerpa sepanjang malam. Selimut tebal terasa masih kurang, tak bisa menolak terpaan angin yang menyapa menyambut kedatangan kami.
Villa merah yang berada di Dieng Kabupaten Banjarnegara siap menampung kami yang baru mendarat dari Ibu Kota. Aah, tak kusangka bisa mengunjungi lokasi yang dua tahun lalu pernah saya sambangi. Tahun 2013 lalu, saya dengan Kang Dika liputan disini. Ceritanya pernah ada loooh di Diengiiin .
Saya salah prediksi, dengan berbekal jaket seadanya. Ah saya pikir, waktu itu saya bisa menahan dinginnya Dieng. Jadi trip kali ini jaket seadanyalah yang menjadi teman. Ternyata, itu tak bisa menjadi benteng pertahanan suhu bulan Agustus. Dulu saya kesana di musim hujan, so udara malam gak begitu dingin seperti sekarang. Bulan Agustus masuk musim kemarau. Artinyaaa, suhu bisa sampai -10 derajat celcius loooh.. *bbbbbbrrrrrrr*
Pak Alief adalah teman setia jika berkunjung ke Dieng. Dinginnya suhu, terobati dengan kehangatan masyarakatnya. Yaah, Pak Alief nilah salah satunya. Selalu membantu kami jika berkunjung ke Dieng.
Pa Alief |
Ketemu bule di warung nasi milik Pak Alief |
Bukti nyata kalo orang lokal aja kedinginan..haha |
Kali ini, saya bersama tim bisa menyaksikan
upacara Ruwatan Anak Gembel yang rutin digelar satu tahun sekali.
Pemotongan rambut anak gimbal, dalam gelaran dieng culture
feistival. Masyarakat sekitar mempercayai, jika anak rambut gembel
adalah titisan leluhur. Hanya anak anak tertentu yang rambutnya bakal
jadi gimbal. Rambut gimbal sang anak, biasanya tumbuh di usia balita.
Rambut
jadi gimbal, prosesnya alami. Awalnya sih disertai dengan demam yang
tinggi.
Uniknya, rambut mereka dilarang dipotong, jika
sang anak belum meminta. Tidak boleh dipaksa harus mencukur
rambutnya. Bukan asal potong rambut sekenanya. Perlu ritual dengan rangkaian proses seperti krab atau perjalanan dari
rumah pemangku adat menuju tempat pencukuran.
Dengan kereta kuda, anak anak gimbal dikawal oleh
pemangku adat, sesepuh, kesenian
tradisional, para abdi dengan pakaian adat jawa yang khas, dan juga antusias
masyarakat ikut mengelilingi kampung. Setelah kirab, ada upacara ritual penjamasan atau
pencucian anak gimbal di sumur sendang sedayu, komplek candi arjuna. Proses
penjamasan ini, dipimpin langsung oleh Mbah naryono selaku pemangku adat.
menunggu kirab di pinggir jalan |
di komplek rumah warga yang bersiap kirab |
Kirab siap dimulai |
Kirab anak gembel |
Pakaian putih yang dikenakan melambangkan
kesucian. 10 peserta dilindungi dengan payung, bermakna ketulusan,
perlindungan,
juga permohonan doa agar kelak menjadi anak yang lebih baik lagi.
Selanjutnya/ mereka dikawal menuju tempat pencukuran. Acara tahunan yang
dilakukan oleh tokoh masyarakat, dan
pemangku adat. Upacara sakral, disertai antusias wisatawan lokal, maupun mancanegara memadati area.
Setelah satu persatu nama anak dipanggil untuk dipotong
rambutnya, permintaan anakpun diserahkan secara simbolis. Setelah itu,
rambut akan dilarung atau dihanyutkan ke telaga warna.
Dataran tinggi dieng terletak diantara
perbatasan Kabupaten banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Jangan heran
jika ada dua upacara ruwatan anak gembel di dua kabupaten yang berbeda ini
yaaa.
Candid Ala ala |
Narsis setelah liputan |
Defries, Harry, Nhae, Oyan, Ojip |
Kalo tadi ruwatan anak gembel di kabupaten Banjarnegara, Di kabupaten wonosobo juga berlangsung ruwatan anak gembel. Rangkaian
upacara hampi sama, dengan sedikit sentuhan yang berbeda.
Ada sesaji ini berupa tumpeng yang disebut pucu, jajanan
pasar, dengan aneka bahan hasil alam pribumi. Ada juga lingkung atau daging ayam, telur,
buah buahan, juga kopi hitam. Sebanyak 11 anak di kabupaten wonosobo, punya
permintaan yang gak kalah unik dengan peserta ruwatan dari Kabupaten Banjarnegara tadi. Contohnya Widya, gadis cilik ini minta tikus
rumah, dan kambing. wah waahhhh..hahaha
Ada juga yang permintaannya sederhana bangeet, Seperti Bela. Dia minta nasi dan tempe tooook ..weleeeh weleeh. Ada juga yang ingin
buntil dan ikan asin, ikan tongkol. Kalo dik rohmah, katanya pengen tiga
stel baju ajaa kakaakkk.. hihi..aaah senangnya melihat kepolosan mereka ini.
Peserta anak Gimbal di Wonosobo |
Kirab di Wonosobo |
Arak arakan dengan membawa tombak, bermakna untuk mengusir hal hal berbau jahat. Musik yang disertai solawatm menjadi doa agar anak anak menjadi penerus bangsa yang sehat, cerdas, juga soleh dan solehah. ssstttttt.. ada Kakak slank juga hadiir looh dalam upacara kali ini.
Selanjutnya rambut yang udah dipotong dihanyutkan di telaga. Menyimbolkan pengembalian hal yang kurang
baik, agar si anak menjadi pribadi yang lebih baik lagiii. amin..semoga kelak jadi anak yang soleh dan solehah yaaaa :)
Setelah kegiatan, saya menyempatkan untuk wawancara salah satu Budayawan disana
Wawancara dengan Budayawan |
permisiii, narsis setitik..hehe |
Puncak acara, pada malam harinya, ada pelepasan lampion. Melambangkan terbangnya permohonan agar segera terkabul.
Lampion diterbangkan, Harapan diucapkan
Doa tak kurang dipanjatkan
Berharap setiap keinginan
Kan berbuah kenyataan bukan sekedar impian
Sampai ketemu taun depan di "Dieng Cultre Festival"..
Terima kasih Dieng, Wonosobo :*
Note : Sebagian foto izin nyomot dari koleksinya Ojip Ismaputra ^_^
---------- Ceuceumeo-----------------
@nhaegerhana
wuihh.. suami aaku katanya ngajak ke dieng
ReplyDeleteseru banget bisa ikutan kirab, tiap tanggal berapa kirabnya? siapa tau pas kesono bisa liat juga
:))
Awal bulan Agustus teh.. Kalo mau harus booking tempat penginapan dari sekarang. Coz pasti penuuuh..hehe
ReplyDelete