Kisah Perjuangan Umi Tri Handayani Melawan Kanker

Langkah saya sedikit perlahan saat memasuki Masjid Ash Shaff Emerald di kawasan Bintaro.. 

Perasaan antusias, senang dan takjub bercampur menjadi satu gumpalan rasa yang singgah..

Tentu saja.. Saya menjadi bagian dari puluhan muslimah yang sudah hadir ketika itu..
Melihat dan mendengarkan langsung motivasi dari seorang wanita tegar, kuat, sabar, dan sangat luar biasa ini.

Kebetulan hari ini, saya sudah janjian dengan beliau melalui pesan di whatsApp. Dan kesempatan bertemu pun tentu tidak saya lewatkan. Ini pertama kali saya melihat langsung beliau memberikan tausyiah. 

"Biarlah sakit yang dialami menjadi penggugur dosa." 
"Allah sayaang sama kita."



Kalimat demi kalimat penyejuk jiwa keluar dari bibir mungilnya. Wajahnya yang sendu, sedikit pucat, namun semangatnya begitu berkobar dan menularkan energi positive. Dialah Ibu Tri Handayani, SPdi, MA.. Biasa dipanggil dengan Umi.

Sosok yang berhasil membuat saya tak bisa menahan bulir air tumpah ketka berada satu ruangan bersamanya. Bagaimana tidak??
Ibu dua anak ini, adalah sosok yang sangat menginspirasi. Beliau tetap terlihat tegar dan kuaat.. Walaupun telah mengalami ujian yang sangat berat. Bahkan semangatnya untuk dakwah, dan menjalani hidup melebihi orang yang sehat.

Selama 22 tahun beliau telah berperang dengan kanker.. 22 kali kemoterapi, 38 kali radioterapi, 178 kali fisioterapi. Bukan hanya satu kanker, tapi Ustadzah menderita kanker otak, kanker rahim, dan kanker usus. Sudah 7 kali operasi yang beliau alami.

Alhamdulillah, tahun 2005 Umi dinyatakan sehat. Masha Allah.. Keajaiban Allah sangat luar biasa. 
Sampai saat ini, umi masih berjuang, karena tubuhnya mulai mengalami kerusakan. Gigi yang sudah hancur semua, kaki yang sedikit sulit berjalan menaiki tangga, penglihatan, pendengaran, telinga mengalami kerusakan. Bahkan, terkadang indra pegecapnya pun tidak bisa membedakan rasa pada makanan. Bubur lah yang menjadi asupan makanan umi setiap hari.

Ya Allah, di usianya yang ke 46, beliau masih sangat antusias menimba ilmu dan menularkan ilmu. Saat ini, Umi sedang melanjutkan kuliah S3, dan masih terus mengisi keliling mengisi kajian.

Tepat pukul 11 siang, Umi menutup kajiannya. Semua jemaah menghampiri dan tak henti menyalami dan memeluknya. Saya harus menunggu sampai semua jemaah selesai, sehingga bisa berbincang dengan beliau.

Pelukan hangat, dan senyumannya membuatku semakin ingin meneteskan air mata. Betapa tegar dan kuatnya beliau.. Saya berkesempatan berbincang dengan beliau, mendengarkan kisah Umi ketika muda dulu.

Umi dulunya suka berpetualang looh.. Atlet karate, voli, perempuan yang aktif dan tomboi. Pukulan keras di saat remaja ketika mengetahui sakit yang di deritanya waktu itu, membuatnya tetap bertahan. Peran sang Bundalah yang membuatnya terus berjuang.

Satu cerita menarik lainnya, ketika dulu beliau dinyatakan tidak bisa hamil karena penyakitnya.  Sehingga pada  saat umi melakukan ta'aruf, beliau selalu berkata mengenai hal ini. Beberapa pria pun mundur. Hingga satu pria yang menjadi suaminya inilah, yang berkata dan meyakinkan, jika Allah menghendaki dan memberikan kepercayaan Insha Allah.
Masha Allah, memang benar.. Bahkan umi dikarunia 2 orang putra yang sudah besar sekarang.

Seorang sahabat Umi pun tak mau kalah menceritakan kisah mereka. Saya memanggilnya Mpok Choiruniah. Mpok adalah teman yang sudah seperti keluarga. Selalu mengantar Umi untuk dakwah..
Pernah suatu hari, dengan motor mpok mengantar Umi kesana kemari. Dan hujan pun turun.
Tapi Um sama sekali tidak mengeluh dan malah berkata..
"Kapan lagi kita bisa menikmati hujan di dunia. Hujan itu berkah.."

Udara sejuk Jakarta, menemani percakapan kami siang itu.Sampai akhirnya, obrolan kami pun harus berakhir.. Dan pelukan hangat saya dan Umi, kembali kami rasakan.
"Maaaf yaaa kalo Umi ada salah.. maafiin.." suara parau Umi menatap saya.

Kata maaf yang selalu beliau ucapkan kepada setiap orang yang beliau temui.
Semoga sehat terus Umi.. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT..
Terima kasih Umi telah berbagi.. Dan makasiiiih untuk tanda tangan dari bukunya Mengajar pelangi.




Darinya saya belajar, selalu ada pelangi setelah hujan..Yaah karena hidup ini adalah ujian..


--------- Ceuceumeo -------
@nhaegerhana


Tulisan tema Respek untuk #1minggu1cerita 




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Dibalik Tari Giring - Giring Kabupaten Timor Tengah Selatan

Cerita Rambut Merah Bilalang

Tari Biola Dari Desa Adat Fatumnasi Nusa Tenggara Timur