Ketika Logika Memaafkan Rasa
Logika dan rasa menjadi sahabatku sejak lama
Mereka kerap begitu dekat..
Terkadang bertengkar hebat
Yaaaahhh... Sesekali berbeda pendapat
Yaaaahhh... Sesekali berbeda pendapat
Sebenarnya mereka lebih sering berselisih adu firasat.
Aaahhh
Tak jarang logika begitu keras
Memaksa rasa membuang angan
Merampas kenangan
Membuyarkan harapan
Memaksa rasa membuang angan
Merampas kenangan
Membuyarkan harapan
Bahkan memenjarakan mimpi, ia pun tak segan
Banyak tahun memisahkan hari
Dulu..
Dulu..
Logika dan rasa sering bercengkrama mesra
Di setiap pagi dan petang
Berbincang tentang alam dan masa depan
Karena hal itulah yg membuat mereka sejalan tanpa perdebatan..
Berbincang tentang alam dan masa depan
Karena hal itulah yg membuat mereka sejalan tanpa perdebatan..
Hingga suatu senja..
Rasa memulai percikan kehadiran yang tak biasa
Rasa terjebak dalam buaian yang katanya bernama cinta
Hanyut dan hampir tenggelam terbawa suasana drama
Logika tak bisa terdiam melihat saparuhnya luluh hampir runtuh
Tak segan logika menampar rasa begitu keras
Menghardik angan yang melambung
Dan mengusirnya tanpa memberi ruang
Hal yang samapun kembali berulang
Logika di barisan depan penghadang
Emosi logika kembali meradang
Rasa mungkin sedikit lemah
Begitu mudahnya membuat logika marah
Logika semakin tegas
Menyerang dengan lugas
Mereka pun saling terdiam
Di sebuah sudut kerinduan kebersamaan yang sejalan
Hingga suatu fajar..
Saat matahari memperlihatkan kemegahannya
Ketika rasa sudah lelah dengan penantiannya
Disitulah terbit sebuah ruang harap dalam sebuah pertemuan
Rasa yang pernah hilang itu muncul kembali
Mendebarkan si jantung hati
Mendebarkan si jantung hati
Terkesima harap, lahirlah asa
Mimpi mulai berkeliaran
Menggoyahkan benteng pertahanan
Menggoyahkan benteng pertahanan
Rasa tak bisa memilih
Pada siapa jantungnya berdetak begitu lirih
Pada siapa jantungnya berdetak begitu lirih
Rasa pun membuncah
Bergerak perlahan mencari celah harapan
Tak bisa menepis kerinduan
Bergerak perlahan mencari celah harapan
Tak bisa menepis kerinduan
Rasa ini berbeda.. Itu pikirnya.
Karena berlabuh pada seseorang yang tak biasa
Bukan karena fisik yang sempurna
Tapi punya pesona yang membuat terpana
Lagi-lagi..
Logika mengintip melalui celah kepastian
Mewaspadai setiap gerakan
Berpura-pura menghindari pertengkaran
Membiarkan rasa mengalir perlahan
Berpura-pura menghindari pertengkaran
Membiarkan rasa mengalir perlahan
Ternyata..
Logika tak sekeras kemarin
Rasa menyadari hal itu..
Rasa menyadari hal itu..
Kali ini.. logika tampak terlihat teduh
Apakah logika memaafkan rasa???
Ketika logika memaafkan rasa
Melihat senyum tipis yang pernah pecah
Terpancar luka berganti sumringah
Melihat senyum tipis yang pernah pecah
Terpancar luka berganti sumringah
Ada apa dengan logika?
Ketika logika memaafkan rasa..
Logika belajar memahami rasa agar sejalan
Untuk saat ini logika memberi kesempatan
Untuk saat ini logika memberi kesempatan
Karena sepertinya seseorang itu pilihan
Dan layak diperjuangkan
Dan layak diperjuangkan
Karena bersamanya menuju ketaatan
Melihatnya memberi kesejukan
Bukan hanya ketampanan, tapi keimanan
Setidaknya rasa dan logika memulai pertemanan
Akhlaknya meluluhkan rasa dan logika
Memantaskan diri Memperbaiki diri
Inilah cara introspeksi jati diri
Merayu pada pemilik hatiNYA
Seandainya pun bukan dia
Tak mengapa
Karena perubaham positif terjadi pada rasa dan logika
Tak mengapa
Karena perubaham positif terjadi pada rasa dan logika
Menyelami taat..
Memantaskan diri untuk yang tepat..
Mendapat separuh kepingan yang pernah tersesat
Memantaskan diri untuk yang tepat..
Mendapat separuh kepingan yang pernah tersesat
Ketika logika memaafkan rasa
Rasa yang akan bermuara
Pada waktunya
Jakarta, 11022017
@nhaegerhana
@nhaegerhana
-------------------- Ceuceumeo -------------------
Tulisan ini, untuk tema minggu ketiga : Forgiveness
hihihi ^.^
Keren ka 👍
ReplyDeleteWoaaa..masih belajar..makasih yaa 😆
DeleteThis comment has been removed by the author.
Delete